Slogan:
"Gemah Ripah Repeh Rapih"
(Bahasa
Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana
Rapi")
Negara
|
Indonesia
|
Ibu
kota
|
Bandung
|
Koordinat
|
8º 0' - 5º 40' LS
106º 0' - 109º 0' BT
|
Pemerintahan
|
• Gubernur
|
H.
Ahmad Heryawan
|
• Wakil Gubernur
|
H.
Deddy Mizwar
|
Luas
|
• Total
|
35.222.18 km2
(13,599.36 mil²)
|
Populasi (2010)
|
• Total
|
43.053.732
|
• Kepadatan
|
1,200/km2
(3,200/sq mi)
|
Demografi
|
• Suku bangsa
|
Sunda (73,73%), Jawa
(11,04%), Betawi (5,33%), Cirebon
(5%), Batak (0,77%), Minangkabau (0,47%), Tionghoa (0,46%)
|
• Agama
|
Islam (97%), Protestan (1,81%), Katolik
(0,58%), Buddha (0,22%), Hindu
(0,05%), Kong
Hu Cu (0.03%)
|
• Bahasa
|
Bahasa
Sunda, Bahasa Cirebonan, Bahasa
Cirebon dialek Indramayu, Bahasa Melayu
dialek Betawi (Berdasarkan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat (Perda Prov. Jabar) No. 5 Tahun 2003)
|
Zona waktu
|
WIB
|
Kabupaten
|
17
|
Kota
|
9
|
Kecamatan
|
558
|
Desa/Kelurahan
|
5778
|
Sejarah
Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam
perunggu dan besi sejak sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat
prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer
sampai Cirebon Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari
Kerajaan Tarumanagara.Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara
banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara
Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang
sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.Setelah runtuhnya kerajaan
Tarumanagara,
kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu
dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda.Salah satu prasasti dari zaman
Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun
932.Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan
ekonomi dan politik Kerajaan Sunda.Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota
Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak.Pelabuhan
ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri
dari Kerajaan Sunda.Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon
dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.Untuk menghadapi ancaman
ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat
itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian
pertahanan keamanan dengan orang Portugis
di Malaka
untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda
Kalapa, kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak.
Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar
Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan
Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal,
ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses
untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk
perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan
tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão
di tepi Ci Liwung.Meskipun
perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya
tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak,
dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan
pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon -
Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu
perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya,
alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah
tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat
mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh
ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah
Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.Jawa Barat sebagai
pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia
Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat.Pembentukan provinsi itu
sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi
Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925,
digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai
istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa
di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh
penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat
bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara
Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil
kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia,
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan
juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan
PBB.Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun
1950.
1.
Zaman Pra-sejarah dan Awal
Peradaban
Propinsi Jawa Barat memiliki perjalanan sejarah yang
panjang.Dimana menurut data dan penelitian arkeologi, Tanah Sunda di awali
pada masa pra-sejarah dengan adanya kelompok masyarakat yang telah lama
menetap di Tanah Sunda sebelum tarikh masehi. Hal ini ditunjukkan melalui
situs purbakala di Ciampea (Bogor); Kelapa Dua (Jakarta);Dataran Tinggi
(Bandung) dan Cangkuang (Garut) dimana terdapat bukti bahwa lokasi-lokasi
tersebut telah ditempati oleh kelompok masyarakat yang memiliki sitem
kepercayaan, organisasi sosial, sitem mata pencaharian, pola pemukiman dan
lain sebagainya sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat manusia pada
umumnya.
2. Zaman Mula Periode Sejarah Tanah Sunda
Era sejarah di Tanah Sunda baru dimulai pada sekitar abad
ke-5 seiring ditemukannya artefak-artefak tertulis seperti beberapa prasasti
yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa.Beberapa
prasasti tersebut diketemukan di beberapa tempat yang saling berdekatan
lokasinya yaitu di daerah Bogor, Bekasi dan Pandeglang.
Dari prasasti tersebut, ditemukan informasi bahwa pemilik
prasasti tersebut adalah Kerajaan Tarumanegara yang memiliki raja bernama
Purnawarman dan ibukotanya adalah Bekasi.Kerajaan ini bercorak Hindu dan memiliki
sistem kasta sebagai bentuk stratifikasi sosial dan hubungan antar negara
telah mulai terrwujud di Kerajaan Tarumanegara.
Pada awal abad ke-8 Kerajaan Tarumanegara dilanjutkan
dengan kerajaan Sunda atau yang disebut dengan Kerajaan Pajajaran.Pusat kerajaan
ini berada di Bogor pada masa sekarang. Kerajaan Pajajaran mengalami pasang
surut hingga runtuh sekitar tahun 1579
3. Zaman Perubahan, Pergerakan dan Kemerdekaan
Periode ini dimulai pada awal abad ke-17 dimana Belanda
melalui Kongsi dagangnya (VOC) mulai memasuki pantai utara pelabuhan
Jayakarta dan mulai dikenalnya Kerajaan Mataram (pada masa ini peradaban
Islam mulai masuk dan menyebar di Pulau Jawa yang dibawa oleh para
pedagang asing yang berdagang ke Jawa Pada awal abad ke-19 kekuasaan
VOC-Belanda semakin terasa di seluruh daerah nusantara tidak terkecuali di
Tanah Sunda sendiri.Sehingga dapat dikatakan bahwa pada masa ini merupakan
awal dari dimulainya kekuasaan Kolonial Hindia Belanda.Pada era ini,
masyarakat dan Tanah Sunda dijadikan lahan eksploitasi tidak saja sumber daya
alamnya yang kaya juga sumber daya manusianya melalui tanam paksa dan kerja
rodi.
Keberadaan tanah Sunda dan potensinya membuat hasil
ekploitasi tersebut menjadi sangat menguntungkan bagi Penguasa Kolonial baik
bagi para rakyat Belanda di ndonesia maupun yang berada di Belanda itu
sendiri.Hal ini berbanding terbalik dengan keadaan masyarakat pribumi
khsusunya di Jawa Barat hidup didalam garis pederitaan serta banyak timbulnya
kemiskinan. Namun dibalik wajah pribumi Jawa Barat yang mengalami nasib
seperti ini, masih terdapat beberapa kecil golongan yang juga hidup
berkelimpahan yaitu orang-orang pribumi yang hidup dengan berkerjasama serta
dekat dengan penguasa Kolonial Belanda yang sering disebut dengan Kaum
Menak.
Dibalik kedua hal tersebut, juga menciptakan beberapa
kelompok perlawanan yang merasa tidak puas dan menggelorakan perlawanan
terhadap penjajahan kolonial. Pemimpin-peminpin masyarakat ini antara lain :
Dipati Ukur di Priangan (1628-1632), Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran
Purbaya di Banten (1659-1683), Prawatasari di Priangan (1705-1708), Bagus
Rangin (1802-1818), Kyai Hassan Maulani di Kuningan (1842), Kyai Washid di
Banten (1888), Kyai Hasan Arif di Garut (1918).
Selepas pendudukan Belanda datanglah Penjajah Jepang yang
kala itu menggelar Perang Asia Raya terhadap bangsa Barat tidak terkecuali di
Indonesia. Melalui kekuasaan Jepang, Belanda berhasil menyerah dan
ditumbangkan di Kalijati, Subang tanggal 8 Maret 1942 dengan tanpa syarat).
Jepang selain menjajah namun juga memberikan ilmu-ilmu strategi kepada rakyat
Indonesia melalui PETA sehingga menimbulkan keberanian bagi rakyat pribumi
Jawa Barat.Hal ini menjadi sebuah modal penting saat kemerdekaan Indonesia
dimana kesemuanya itu menjadi sebuah pertahanan masyarakat Sunda dalam
mempertahankan kemerdekaan dan tetap bersatu dan menjadi bagian dari Republik
Indonesia.
Arti Kata Sunda
Dalam buku Sejarah Sunda (Karya R. Ma'mun Atmamihardja
tahun 1958) dimana arti kata Sunda dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Bahasa Sansekerta :
Sunda artinya bersinar terang, nama Dewa Wisnu.
b) Bahasa Kawi :
Sunda artinya air, tumpukan, pangkat dan waspada.
c) Bahasa Jawa :
Sunda artinya bersusun, berganda, kata atau suara, naik.
d) Bahasa Sunda :
Sunda berarti bagus, indah, unggul, dan cantik
Perekonomian
Jawa Barat selama lebih dari tiga dekade telah mengalami
perkembangan ekonomi yang pesat.Saat ini peningkatan ekonomi modern ditandai
dengan peningkatan pada sektor manufaktur dan jasa. Disamping perkembangan
sosial dan infrastruktur, sektor manufaktur terhitung terbesar dalam
memberikan kontribusinya melalui investasi, hampir tigaperempat dari
industri-industri manufaktur non minyak berpusat di sekitar Jawa Barat. PDRB
Jawa Barat pada tahun 2003 mencapai Rp.231.764 milyar (US$ 27.26 Billion)
menyumbang 14-15 persen dari total PDB nasional, angka tertinggi bagi sebuah
Provinsi.Bagaimanapun juga karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita
Jawa Barat adalah Rp.5.476.034 (US$644.24) termasuk minyak dan gas, ini
menggambarkan 82,4 persen dan 86,1 persen dari rata-rata nasional.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 adalah 4,21 persen termasuk minyak dan gas
4,91 persen termasuk minyak dan gas, lebih baik dari Indonesia secara
keseluruhan. (US$1 = Rp. 8.500,-)
Kepala Bank Indonesia (BI) Jawa Barat dan Banten, Dian
Ediana Rae, mengatakan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat meningkat di awal
triwulan 2013."Meningkat dari 5,5 persen menjadi 5,9 persen" kata
Dian pada Kamis, 30 Mei 2013.Pertumbuhan itu disebabkan oleh solidnya
permintaan domestik dan membaiknya prospek permintaan ekspor.Sementara
kinerja perbankan di Jawa Barat juga mengalamai perkembangan yang positif.
"Perbankan di Jawa Barat, mengalami peningkatan pertumbuhan kredit
dengan resiko kredit yang semakin turun," ujar Dian.
Pertumbuhan penyaluran kredit meningkat sebesar 27,6
persen atau Rp 215,03 triliun dengan NPL (Non Performing Loans) atau
resiko kredit hanya 2,86 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh sebesar
17,65 persen atau mejadi Rp 253,87 triliun.Perkembangan itu menunjukan
peningkatan LDR (Loan to Deposit Ratio) pada kinerja intermidasi perbankan
Jawa Barat dari 83,10 persen menjadi 84,70 persen.
Berdasarkan pertumbuhan itu, BI Jabar ingin meningkatkan
peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Jawa Barat melalui
pemetaan di tiap daerah di Jawa Barat berdasarkan keunggulannya
masing-masing. "Bandung, Bekasi dan Bogor menjadi pusat penyalur kredit
UMKM" kata Dian. Dian menambahkan, Aset Bank Konvensional di Kota
Bandung mencapai Rp 156,77 triliun, Kota Bekasi Rp 36,07 triliun dan
Bogor Rp 31,27 triliun. UMKM unggulan di Kota Bandung, meliputi usaha
pada kacang tanah, budidaya ikan hias, pakaian jadi, wisata religi, bimbingan
belajar, dan angkutan kota.
Kota Bekasi unggul pada UMKM jagung, cabe, rambutan, ayam
buras, budidaya ikan kolam, mebel, minimarket, kursus dan bahasa
inggris.Seeqngkqn UMKM Kota Bogor unggul pada usaha jambu, budidaya
sapi perah, konveksi, restoran, kuliner dan reparasi motor. Penetapan
komoditi unggulan ini didasari oleh beberapa hal, antara lain: pertumbuhan
ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Namun,
Dian mengeluhkan kendala yang akan dihadapi oleh BI dalam UMKM ini. Menurut
dia, perlu kebijakan yang mampu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
UMKM. Jika semua memainkan peran UMKM secara maksimal, maka akan
menjadi loncatan yang luar biasa bagi Jawa Barat. Dari sisi
ketenagakerjaan, jumlah UMKM yang mencapai 8,7 juta usaha itu dapat menyerap
hampir 14 ribu pekerja.
Geografi
Luas : 34.816,96 km2
Penduduk : 39.140.812 jiwa
Batas Wilayah
-
Utara : laut Jawa dan
DKI Jakarta
-
Selatan : Samudra Indonesia
-
Barat : Propinsi Banten
-
Timur : Propinsi Jawa Tengah
1. Penduduk
Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras
dengan dua identitas; masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah
JABODETABEK (sekitar Jakarta) dan masyarakat tradisional yang hidup di
pedesaan yang tersisa.Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai
37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km
persegi.Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun),
Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per
tahun.Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali. Sejumlah
stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show,
misalnya Bandung TV
memiliki program berita menggunakan Bahasa
Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa
Cirebon Bagongan maupun Bebasan. Begitu pula dengan media massa
cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé
dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.
2.
Iklim
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9 °C
di Puncak Gunung Pangrango dan 34 °C di Pantai Utara, curah hujan
rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di beberapa daerah pegunungan antara
3.000 sampai 5.000 mm per tahun.
3.
Topografi
Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur
kepulauan gunung api (aktif dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara
Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan
atas wilayah pegunungan curam di selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m
di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai di tengah ketinggian
100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara ketinggian 0 .10 m dpl, dan
wilayah aliran sungai.
4. Demografi
Jumlah penduduk
Provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang
bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen)
dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase
distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah
sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar
11,08 persen di Kabupaten Bogor. Penduduk laki-laki Provinsi
Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692
jiwa.Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100
perempuan.Seks rasio menurut
kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten
Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio
pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok
umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan
dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.
Piramida penduduk Provinsi Jawa
Barat berdasarkan hasil sensus 2010.
Legenda: ██ Laki-laki
██ Perempuan
Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah
26,86 tahun.Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk
kategori menengah.Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila
median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk
tua jika median umur > 30 tahun.Rasio ketergantungan
penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap
100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak
produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk
suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84
sementara di daerah perdesaan 55,92
5.
Pertanian: Lahan dan Perairan
Dikenal sebagai 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen
dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras.
Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia, hasil pertanian
Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian
Indonesia.Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis,
jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu terdapat komoditi seperti teh,
kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya
menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.
6.
Kelautan dan Perikanan
Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada
bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai
sekitar 1000 km. Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki
potensi perikanan yang sangat besar. Suatu perencanaan terpadu tengah
dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan
Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat
yang dilengkapi dengan industri perikanan.Untuk potensi perairan darat, tidak
hanya dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat, Tetapi potensi ini
juga diperoleh dari penampungan air / DAM saguling di Cirata dan DAM
Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi
area pertanian dan industri perikanan air tawar.
7.
Sumber Daya Manusia: Jumlah
Penduduk dan Tenaga Kerja
Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun
2003, 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Pertumbuhan urbanisasi
di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar
Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendididkan berjumlah 15,7
juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja
berpendidikan. Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan
perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan
restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).
8.
Minyak-Mineral dan Geothermal
Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa
Barat, sementara cadangan geothermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah
di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat
merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan,termasuk mineral lain
yang cadangan depositnya sangat potensial, Pengelola Emas adalah PT. Aneka
Tambang.
Kehidupan Sosial Budaya
1. Mata Pencaharian
85
% penduduk Jawa Barat hidup dari hasil pertanian.15% bermatapencaharian
sebagai buruh pabrik, nelayan, pengrajin, guru, pegawai negeri dan pengusaha.
2. Agama dan Kepercayaan
98
% dari jumlah penduduk Jawa Barat tercatat sebagai pemeluk agama Islam,
Katholik, Kristen, Budha dan agama/kepercayaan lainnya.
3. Bahasa
Secara
antropologi budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda itu adalah
mereka yang secara turun temurun menggunakan bahasa ibu. Suatu hal yang
menonjol dari bahasa Sunda ialah digunakannya undak-usuk basa (tingkatan
bahasa) yaitu bahasa kasar, sedeng, lemes, kasar pisan (sangat kasar) dan
lemes pisan (sangat halus)
4. Sistem Kekerabatan
Parental atau bilateral yaitu hak
dan kedudukan anggota keluarga dari pihak ayah maupun dari pihak ibu sama.
Sistem kekerabatan orang Sunda meliputi hubungan ke atas dan ke bawah sampai
tujuh tingkatan serta juga ke samping.bapa–indung (ayah–ibu), aki–nini
(kakek–nenek), buyut (cicit), bao, janggawareng, udeg-udeg dan gantung siwur.
Adapun hubungan ke bawah secara berturut-turut adalah : anak, incu/putu
(cucu), buyut (cicit), bao, janggawaeng, udeg-udeg dan gantung siwur.
5.
Sistem Kemasyarakatan
Berdasarkan tempat : misalnya orang Sunda Banten, Bogor,
Priangan, Cirebon, Karawang dsb. Berdasarkan keadaan materi: adanya lapisan
anu beunghar (kaya) dan lapisan sangsara (miskin)
Berdasarkan prestise feodalistis: adanya orang Sunda menak
(bangsawan) dan cacah/somah (rakyat biasa), orang Sunda terpelajar dan bukan
terpelajar
Berdasarkan profesi mata pencaharian: pegawai negeri,
pengusaha, pedagang, petani, buruh, nelayan dan lain-lain.
6. Sistem Kepemimpinan
Sistem
kepemimpinan dalam masyarakat Sunda dapat diklasifikasikan atas dua
macam,yaitu:
Kepemimpinan kenegaraan ialah kepemimpinan yang terbentuk
berdasarkan tugas, kewajiban dan wewenang mengelola negara atau kelompok
masyarakat tertentu. Dalam masyarakat Sunda kepemimpinan kenegaraan paling
atas pernah dipegang oleh raja pada masa pengaruh kebudayaan Hindu (abad ke-5
sampai dengan abad ke-16), sultan pada masa pengaruh Islam (abad ke-15 sampai
awal abad ke-19)
Kepemimpinan keagamaan ialah kepemimpinan yang terbentuk
berdasarkan penguasaan ilmu agama dan berperilaku sesuai dengan norma dan
nilai keagamaan.
Pendidikan
dan Kebudayaan
Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa
yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa
Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh
masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan
sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.
Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat
sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga diadakan. Tepatnya di Kota
Bandung tanggal 28 Februari 1948, pada saat tersebut salah satu perwakilan
masyarakat Jawa Barat dari Suku Sunda yaitu Bapak Soeria Kartalegawa yang juga
ketua Parta Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan agar pembicaraan dalam rapat
badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan menggunakan Bahasa
Sunda, namun kemudian usulan tersebut segera disanggah oleh
perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari Suku Cirebon yaitu bapak
Soekardi, bapak Soekardi menyatakan
|
“Djika dibolehkan berbitjara dalam bahasa
Soenda, orang-orang yang ingin memakai bahasa daerah lainnya poen haroes diizinkan,
oempamanja bahasa daerah Tjirebon”.
|
|
Kemudian pada periode sebelum tahun 1970-an Pemerintah
memasukan Pelajaran Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya (Baku) untuk
wilayah Cirebon dan Indramayu yang masih termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat
dimana mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa
Sunda, namun ternyata guru pengajar dan muridnya tidak memahami kosakata
yang digunakan tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk tidak mengajarkan Bahasa Jawa
dialek Solo / Yogya (Baku) di wilayah Cirebon-Indramayu.
Kekosongan pelajaran muatan lokal bahasa daerah ini kemudian berusaha diisi
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan memasukan pelajaran bahasa daerah
Bahasa Sunda, oleh karenanya pada periode tahun 1970-an bahasa daerah yang
diajarkan di wilayah Cirebon - Indramayu adalah Bahasa
Sunda karena dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para
pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu
pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam
bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Jawa
dialek Cirebon, kemudian pada periode tahun selanjutnya pengajaran
Bahasa Cirebon ini mulai untuk diajarkan di wilayah "Pakaleran
Majalengka" yaitu wilayah utara kabupaten Majalengka yang mayoritas
penduduknya merupakan keturunan Prajurit Majapahit, pada wilayah Pakaleran
ini kosakata Bahasa Jawa diaek Banyumasan, Bahasa Jawa
dialek Bumiayu serta Bahasa Jawa
dialek Tegal lebih terasa, contohnya pada penyebutan kata
"saya" yang menggunakan sebutan "Nyong" dan bukannya
"Ingsun" ataupun "Reang" seperti yang dituturkan di
wilayah Cirebon - Indramayu.
Namun pengajaran bahasa daerah pada periode tersebut belum
memiliki payung hukum, karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebelumnya
mengindikasikan bahwa Jawa Barat merupakan wilayah tanah Sunda, dengan
mayoritas suku sunda yang bertutur bahasa sunda, baru setelah tahun 2003
dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) Jawa Barat No. 5 Tahun 2003
tentang Perlindugan dan Pengembangan Budaya dan Bahasa di Jawa Barat yang
mengakui adanya tiga suku asli jawa barat yaitu Sunda, Melayu-Betawi dan
Cirebon, pengajaran bahasa daerah non-sunda memiliki perlindungan payung hukumnya,
adapun pergerakan untuk menjadikan bahasa cirebon sebagai sebuah bahasa yang
mandiri yang terlepas dari Bahasa Jawa maupun Sunda dilakukan dengan sebuah
Metode yang disebut dengan "Metode Guiter" namun pada perhitunganya
metode tersebut baru mencatat sekitar 75% perbedaan antara Bahasa
Cirebon dengan Bahasa Jawa dialek Solo / Yogya, sementara
untuk diakui sebagai sebuah bahasa mandiri diperlukan sedikitnya 80%
perbedaan dengan bahasa terdekatnya. namun secara nyata, penerbitan buku
penunjang pelajaran bahasa daerah Cirebon dan Indramayu pada periode tahun
2000-an sudah dilakukan dengan tidak menyebutkan Cirebonsebagai sebuah dialek
Bahasa Jawa dan hanya disebutkan "Bahasa Cirebon" dan bukannya
"Bahasa Jawa dialek Cirebon" seperti yang dilakukan pada penerbitan
"Kamus Bahasa Cirebon" oleh Almarhum Bapak TD Sudjana dan kawan-kawan
tahun 2001 dan "Wykarana - Tata Bahasa Cirebon" oleh Bapak Salana
tahun 2002.
Pengembangan dan Perlindungan Bahasa yang diamanatkan oleh
Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003 dalam kaitannya dengan pengembangan Bahasa
Cirebon hanya terjadi disekitar wilayah eks-karesidenan Cirebon
yaitu (Kabupaten Cirebon, Kota
Cirebon, Kabupaten Indramayu, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dan sebagian
wilayah Kabupaten Kuningan) sementara wilayah
kabupaten lainnya yang juga didiami oleh Suku Cirebon seperti wilayah Kabupaten
Subang sebelah utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang di Pesisir Timur
hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun 2003)
diterbitkan belum juga mendapatkan pengajaran Bahasa
Cirebon, adanya ketidakmerataan pengajaran bahasa daerah di Jawa
barat ini dikarenakan pemerintah memberikan hak sepenuhnya kepada Pemerintah
Daerah di setiap Kabupaten / Kota untuk menentukan sendiri pengajaran bahasa
daerah yang ada diwilayahnya.
Berbeda halnya dengan pendidikan bahasa cirebon,
pendidikan bahasa betawi di wilayah Provinsi Jawa Barat mengalami hal yang
lebih parah dari masalah yang dialami oleh bahasa cirebon, pendidikan Bahasa
Betawi hingga tahun 2011 (delapan tahun setelah Perda Jawa Barat No. 5 Tahun
2003) diterbitkan sama sekali belum dilakukan di wilayah yang didiami oleh
suku betawi yaitu Kota Depok, Kota Bekasi,
Kabupaten Bekasi, sebagian Kabupaten
Bogor wilayah Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Karawang sebelah barat,
padahal penelitian tentang Bahasa Betawi telah cukup banyak dilakukan,
diantaranya :
a. K. Ikranegara (1980). Melayu Betawi Grammar. Linguistic
Studies in Indonesian and Languages in Indonesia 9. Jakarta: NUSA.
b. S. Wallace (1976). Linguistic and Social Dimensions of
Phonological Variation in Jakarta Malay. PhD. Dissertation, Cornell
University.
3.
Perguruan Tinggi Negeri :
4.
Perguruan Tinggi Swasta :
Pemerintahan
Jawa
Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil
pemekaran sejak tahun 1996 adalah:
1.
Kabupaten dan Kota
Kabupaten/Kota
|
Ibu kota
|
Bupati/Walikota
|
|
Soreang
|
|
|
Ngamprah
|
|
|
Cikarang
|
|
|
Cibinong
|
|
|
Ciamis
|
|
|
Cianjur
|
|
|
Sumber
|
|
|
Tarogong Kidul
|
|
|
Indramayu
|
|
|
Karawang
|
|
|
Kuningan
|
|
|
Majalengka
|
|
|
Parigi
|
|
|
Purwakarta
|
|
|
Subang
|
|
|
Pelabuhanratu
|
|
|
Sumedang
|
Ade Irawan
|
|
Singaparna
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
1. Daftar Gubernur
No
|
Nama
|
Mulai Jabatan
|
Akhir Jabatan
|
Keterangan
|
1.
|
|
|
1945
|
|
2.
|
|
1945
|
1946
|
|
3.
|
|
|
1946
|
|
4.
|
|
|
1948
|
|
5.
|
|
|
1950
|
|
6.
|
|
|
1951
|
|
7.
|
|
|
1956
|
|
8.
|
|
|
1959
|
|
9.
|
|
|
1970
|
|
10.
|
|
|
1974
|
|
11.
|
|
|
1985
|
|
12.
|
|
|
1993
|
|
13.
|
|
|
13 Juni 2003
|
|
14.
|
|
|
|
|
15.
|
|
|
|
periode pertama
|
|
|
periode kedua
|
2. Perwakilan
Partai
|
Kursi
|
%
|
|
38
|
34,9
|
|
16
|
14,7
|
|
15
|
13,8
|
|
13
|
11,9
|
|
8
|
7,3
|
Partai Gerindra
|
8
|
7,3
|
PAN
|
5
|
4,6
|
|
3
|
2,8
|
|
2
|
1,8
|
|
1
|
0,9
|
Total
|
109
|
100,0
|
Pariwisata
Objek-objek wisata yang menarik
dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
Talaga Warna Tangkuban
Parahu Ciater
Kesenian
1.
SENI SUARA
Tembang Sunda,Kacapi Suling, Degung, Kliningan,
Calung, Reog, Rampak Kendang, Dogdog Lojor, Tarling dan sebagainya.
2.
ALAT MUSIK
Angklung, angguk,calung,
celempungan,Suling gambang, kolotok, Gamelan : bende, bonang, goong, boning rincik,
ketuk, saron, demung, jenglong;kacapi, tarawangsa, rendodogdog, genjring,
kendang, rebana.
3.
SENI TARI
Tari Merak Tari Topeng Tari Pangbage, Tari
Kupu-kupu
4.
SENI TEATER
Ronggeng Gunung yang hidup
di daerah Ciamis Sandiwara;Seni Wayang (yang paling populer adalah
wayanggolek, selain wayang beber)
5.
SENI LUKIS
lukisan batik di Cirebon, Indramayu,Garut dan Tasikmalaya, lukisan keramik berkembang di Plered
6.
SENI UKIR
wayang golek, topeng/kedok
7.
SENI SASTRA
Pantun,Wawacan, Guguritan, Pupujian, Kakawihan, Paparikan, Wawangsalan
Tari Merak Wayang Golek Angklung
Seni Lukis Seni Ukir
Makanan
Utama
(nasi, pepes,
karedok, sayur asem dan sambal lalab)
1. Bandung : peuyeum sampeu& ketan, borondong, ladu, burayot,
ali agrem, kolontong , opak,
ranginang, kiripik tempe, kiripik
oncom, awug;
2. Cianjur : tauco,
aneka manisan buah;
3. Sukabumi : Sirop pala, kue moci, bika ambon;
4. Bogor :
kiririp taleus, asinan
Bogor, lapis hejo
5. Cirebon : kerupuk udang, sirup campolai, terasi, empal gentong,
ikan asin, emping;
6. Kuningan : peuyeum ketan putih, sirup jeruk
nipis;
7. Majalengka :
kecap.
8. Purwakarta : simping, peuyeum gandul;
9. Subang :
dodol nenas, selai nenas;
10. Garut : aneka macam dodol ketan, sale kesemek;
Sedangkan minuman khas orang Sunda di antaranya :
air bening/mineral air teh, bandrek, bajigur, goyobod, es cingcaw,dan lahang.
Asinan Bogor Dodol Garut
Manisan Cianjur Peyeum
Flora
dan Fauna
1.
Flora
Tanaman pangan
-
Tanaman palawija : jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang
kedelai dll
-
Tanaman sayuran :
kentang, kubis dll.
-
Tanaman buah-buahan : alpuket, jeruk, dll.
-
Tanaman perkebunan : teh, kina,
tebu, coklat, kelapa sawit, kopi, cengkeh.
Tanaman produksi : jati,
pinus,
rasamala, maesipsis, damar, mahoni, bakau dan
jabon.
Tanaman hias : dahlia, sedap malam, melati, sinyo
nakal, pacar keling dan
nusa indah.
Tanaman rempah : lada, pala, cabe dan cengkeh.
Tanaman Melati
2.
Fauna
Binatang liar : badak, banteng, rusa, babi hutan,
kancil, macan tutul, macan, anjing
hutan,
wauwau, aneka jenis burung dan kera.
Binatang ternak : sapi,babi,kerbau,kuda,domba,
ayam dan aneka jenis unggas.
Perikanan : ikan mas, mujaer, sepat siem,
bandeng,tawes,
nilem,gurame,belanak,belut,
lele dan ikan nila.
Badak Kerbau
Pakaian
Tradisional
1.
Pakaian Rakyat Biasa
-
Pria :celana komprang/pangsi, baju kampret atau salontreng (baju kurung), iketlohen, dan sandal tarumpah.
-
Wanita :sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur atau angkin
(ikat pinggang), kutang (kamisol), baju kebaya dan selendang batik. Sebagai
pelengkap, dan sendaljepit/sendal keteplek.
2.
Pakaian Kaum Menengah
-
Pria :baju bedahan
putih, kain kebat batik, sabuk dan ikat kepala, alas kaki
sandal tarumpah, arloji sebagai
pelengkap.
-
Wanita :kain kebat
batik beraneka corak sebatas mata kaki, beubeur, kebaya beraneka warna,
selendang berwarna, alas kaki memakai selop atau kelom geulis.giwang,
kalung, gelang dan cincin yang terbuat dari emas atau perak.
3.
Pakaian Bangsawan /Menak
-
Pria :Jas tutup
warna hitam, Kain kebat batik motif rereng, Tutupkepala/bendo motif rereng (sama dengan motif kain), Sabuk, Jam rantai sebagai hiasan baju, Alas kaki sepatu hitam atau selop
-
Wanita :kebaya
beludru hitam dengan sulaman benang emas pada seluruh sisi depan kebaya
hingga leher, kain kebat motif rereng, alas kaki sepatu atau selop beludru hitam bersulam emas
atau manik-manik. Sebagai pelengkap,
tusuk konde
emas dan perhiasan giwang, gelang keroncong, cincin, kalung, peniti rantai,
bros,
Lagu
Daerah
Manuk Dadali, Es Lilin, Borondong Garing, Panon
Hideung, Bubuy Bulan,
Contoh
syair lagu daerah :
Bubuy Bulan
Bubuy
bulan….bubuy bulan sangray bentang
Panon
poe…..panon poe disasate
Unggal
bulan….unggal bulan abdi teang
Unggal poe…unggal poe oge hade
Reff
: Situ Ciburuy laukna hese dipancing
Nyeredet hate ningali ngeplak caina
Tuh itu saha nu ngalangkung unggal
enjing
Nyeredet hate ningali sorot socana
Rumah
Tradisional
1.
Rumah
tradisional pada umumnya berbentuk panggung
dengan tinggi kolong kira-kira 60 Cm
dari permukaan tanah. Bahan yang digunakan dalam membangun rumah tradisional
adalah kerangka bangunan dibuat dari kayu, dinding terbuat dari bilik atap
terbuat dari sirap atau injuk, lantai terbuat dari palupuh (bambu yang
dilebarkan). Bagian kolong rumah biasa digunakan untuk beternak ayam atau
menyimpan barang.
2.
Di lihat dari bentuk atapat dari
bentuk atap :
Julang Ngapak
Suhunan Jolopong
Tagog Anjing
Badak Heuay
Parahu
Kumureb dan
Jubleg Nangkub.
Permainan
Rakyat Tradisional
1.
Gatrik
Gatrik merupakan permainan tradisional masyarakat Sunda.Pada
masanya pernah menjadi permainan yang populer di Indonesia.Gatrik adalah
permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.Permainan ini menggunakan alat
dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira-kira 30
cm dan lainnya berukuran lebih kecil.Permainan gatrik biasanya dilakukan di
lapangan atau halaman tanah terbuka. Jumlah pemain sebanyak 2 tim,
masing-masing tim terdiri dari 2-5 anak. Biasanya digunakan batu (bata)
sebagai landasan gatrik atau benda lain yang bisa digunakan sebagai landasan
gatrik.Permainan ini terdiri dari tim pemukul dan tim penangkap. Gatrik
menggunakan alat bantu berupa 2 potongan bambu atau kayu, potongan panjang
sebagai pemukul sepanjang kurang lebih 30 cm dan potongan pendek sepanjang 10
cm.Untuk menentukan tim yang lebih dulu bermain sebagai pemukul, kita bisa
melakukan suit, atau melemparkan kayu Gatrik pendek ke landasan di atas batu.
Siapa yang melemparnya lalu masuk atau paling dekat dengan batu landasan,
akan menjadi tim pemukul.
Permainan ini membutuhkan kelincahan dan kecepatan. Pemain
harus hati-hati saat memainkannya karena semakin kencang gatrik meluncur, tim
penangkap harus sigap untuk menghindari cedera terkena kayu gatrik. Cara
bermain/peraturan bermain gatrik ini di setiap daerah bisa berbeda-beda.
2.
Oray-orayan
Oray-orayan adalah dwiwacana/kata berulang memakai akhiran
an yang artinya meniru/menyerupai oray atau ular. Permainan ini dapat
dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan atau campuran yang berumur antara
5 sampai 12 tahun.Pada umumnya masih dikenal terutama dipedesaan, dilakukan
murid-murid di halaman sekolah maupun halaman rumah yang agak luas. Permainan
ini dilaksanakan pada pagi hari, siang atau sore hari, maupun pada malam hari
ketika bulan purnama.Jumlah pemain 7 sampai 20 anak, atau lebih banyak lebih
baik karena akan lebih indah kelihatannya bagaikan ular yang sebenarnya.
Permainan oray-orayan ini tidak memerlukan alat bantu, hanya memakai
syair-syair lagu, berisi tanya jawab yang dilakukan sendiri oleh mereka yang
bermain.
Permainan dengan cara membuat dua barisan yang berjejer ke
belakang, paling depan menjadi kepala ular, sedangkan di tengah dan belakang
menjadi bagian tubuh dan ekornya. Agar terlihat seperti ular, setiap pemain
meletakkan tangannya di bahu temannya yang berada di muka, kecuali yang
menjadi kepala ular.Kedua kepala ular itu saling berhadapan. Anak yang
menjadi ekor atau paling akhir, dipilih anak yang paling keil tapi lincah
karena ia harus dapat mengelakkan tangkapan si kepala ular lawannya. Setelah
itu mulailah barisan atau ular itu berjalan meleok-leok mengikuti kepala ular
seolah akan menerkam ekor ular lawannya. Oleh karena mereka mengatur posisi
saling akan menerkam ekor ular, maka terdengar jerit dan tawa riang disertai
lantunan lagu oray-orayan yang berbunyi sebagai berikut :
Oray-orayan
luar leor mapay sawah
Entong
ka sawah parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
luar leor mapay kebon
Entong
ka kebon loba barudak keur ngangon
Mending
ge teuleum
Di
leuwi loba nu mandi
Saha
anu mandi
Anu
mandina pandeuri
Hok..hok..hok...
Setelah selesai melantunkan lagu tersebut, kepala ular
berusaha menangkap ekor lawan sambil
diiringi suara hok...hok.... Permainan ini terdapat hampir di seluruh Jawa
Barat dengan cara yang sama. Selain mengandung unsur pendidikan, permainan
ini juga mengandung paduan suara, olahraga, dan juga merupakan hiburan yang
menyenangkan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan oray-orayan
ini adalah sportifitas, kerja sama, kerja keras, menghargai orang lain,
bersabar.
Macam
– macam Upacara
1.
Upacara Daur Hidup Manusia
Upacara Adat Masa Kehamilan:
-
Upacara Mengandung Empat Bulan
-
Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
-
Upacara Mengandung Sembilan Bulan
-
Upacara
Reuneuh Mundingeun
Upacara Kelahiran, masa
bayi dan kanak kanak :
-
Upacara
Memelihara Tembuni
-
Upacara Nenjrag Bumi
-
Upacara Puput Puseur
-
Upacara Ekah
-
Upacara Nurunkeun
-
Upacara Gusaran
-
Upacara Sepitan/Sunatan
Upacara
Adat Kematian :
-
Memandikan
-
Mengkafani
-
Menyolatkan
-
Menguburkan
-
Menyusur tanah dan
-
Tahlilan
Upacara
Adat Perkawinan
-
Upacara sebelum akad nikah
-
Neundeun Omong -Ngalamar -Seserahan
-
Ngeuyeuk Seureuh
-
Upacara Adat Akad Nikah
-
Upacara Adat sesudah akad nikah
-
Munjungan/sungkeman
-
Sawer (Nyawer)
-
Nincak Endog
-
Buka Pintu
-
Huap Lingkung
2.
Upacara Tradisi
Upacara Adat Bertani
-
Upacara Adat Seren Taun: Di Kasepuhan Sirnarasa Cisolok-Sukabumi Selatan, Cigugur
Kuningan dan Baduy-Lebak/Banten.
-
Upacara Adat Kawin Tebu: Kadipaten Kabupaten Majalengka
-
Upacara Adat Sedekah Bumi: Cirebon
-
Upacara Adat Ampih Pare: Kabupaten Sumedang, Cianjur, Karawang dan
Subang.
Upacara Adat Pesta Laut: Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pangandaran
(Ciamis).
Upacara Adat Keagamaan
-
Upacara Ngirab/ReboWekasan
-
Upacara Adat Nyalawean
-
Upacara Lebaran 1 Syawal
-
Upacara Maulud Nabi Muhammad Saw
-
Upacara Peringatan
-
Isro Mi’raj
DOKUMEN
Bersama
Bpk. Siemba (Tour Guide Anjungan Jawa Barat TMII)
KATA PENUTUP
Pendidikan
ilmu Kebudaan adalah suatu keunikan perannya yang tak mampu diemban oleh mata
pelajaran lainnya. Keunikan tersebut terletak pada pemberian pengalaman
estetik dalam bentuk kegiatan seni,seperti kami mengaanalisa kebudayaan Jawa
Barat dimana kami bisa mengetahui apa saja yang ada didalam kebudayaan
tersebut ,dengan kami terjun langsung untuk menganalisanya kami bisa dapat
merasakan,menerima dan menghargai bentuk suatu kebudayaan daerah Jawa Barat.
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai penulisan analisa Kebudayaan Daerah Jawa
Barat yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah .Semoga
makalah ini dapat diterima dan turut andil dalam mempelajari ilmu kebudayaan
daerah Jawa Barat.
Akhirnya
kami mengucapkan terimah kasih kepada narasumber,dosen,dan berbagai pihak
yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Kesimpulan
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki berbagai
kebudayaan.mulai dari segi agama, bahasa, kesenian, adat istiadat, mata
pencaharian dan lain sebagainya.Kebudayaan yang dimiliki Jawa Barat ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat
makalah Jawa Barat ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai
kebudayaan Jawa Barat tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan
yang pada kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan
nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat
mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai kewajiban
untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya lokal atau
budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan bagian dari
kepribadian bangsa
DAFTAR PUSTAKA
1. Bpk. Siemba (Tour Guide Anjungan Jawa Barat TMII)
|